Saat anak-anak tumbuh dewasa, mereka lebih menyadari
perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain. Mereka dapat mengatur emosi
mereka secara lebih baik dan merespon tekanan emosional orang lain ( Saarni et
al., 1998).
Pada usia 7 atau 8 tahun, anak-anak biasanya menyadari
perasaan malu dan bangga, serta mereka memiliki ide yang lebih jelas mengenai
perbedaan antara rasa bersalah dan malu (Harris, Olthof, Meerum Terwogt, &
Hardman, 1987; Olthof, Schouten, Kuiper, Stegge, & Jennekens-Schinkel,
2000). Anak-anak juga dapat menyatakan berbagai emosi yang bertentangan secara
lisan.
Pada masa kanak-kanak tengah, anak-anak menyadari budaya
mereka “mengatur” untuk ekspresi
emosional, yang dikomunikasikan orang tua melalui reaksi mereka terhadap
perasaan yang diperlihatkan anak. Anak-anak mempelajari perbedaan antara
memiliki emosi dan mengungkapkannya. Mereka belajar apa yang membuat mereka
marah, takut, atau sedih dan bagaimana orang lain bereaksi terhadap emosi yang
diperlihatkan, dan mereka belajar untuk menyesuaikan perilaku yang sesuai
dengan situasi. Anak-anak TK percaya bahwa orang tua dapat membuat kesedihan
seorang anak berkurang dengan mengatakan kepada anak tersebut untuk berhenti
menangis atau dapat membuat ketakutan seorang anak terhadap anjing berkurang
dengan mengatakan bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan. Anak-anak kelas enam
tahun bahwa sebuah emosi dapat ditekan, tapi emosi itu masih ada (Rotenberg
& Eisenberg, 1997).
Pengendalian emosional melibatkan usaha untuk mengontrol
emosi, perhatian, dan perilaku (Eisenberg et al., 2004). Anak-anak dengan
pengendalian yang rendah cenderung mudah
marah atau frustasi ketika terganggu atau tersingkir untuk melakukan sesuatu
yang mereka ingin lakukan. Anak-anak dengan pengendalian tinggi dapat menahan
impuls untuk menunjukkan emosi negatif pada waktu yang tidak tepat.
Pengendalian usaha barangkali didasari oleh watak tapi umumnya bertambah
seiring usia; pengendalian uaha yang rendah bisa meramalkan masalah perilaku
kelak (Eisenberg et al., 2004). Upaya untuk melakukan pengendalian berdampak
terhadap adaptasi anak-anak di sekolah. Diantara anak-anak berusia 4,5 sampai 8
tahun di kota bagian barat daya AS dan anak-anak berusia 7 sampai 10 tahun di
Beijing, China, anak-anak dengan pengendalian yang tinggi cenderung lebih mudah
menyesuaikan diri (Eisenberg et al., 2004; Zhou, Eisenberg, Wang, dan
Reiser,2004).
Anak-anak cenderung menjadi lebih empati dan lebih
condong kepada perilaku prososial dalam masa kanak-kanak tengah, dan kebanyakan
perilakunya adalah tanda penyesuaian
emosional positif. Anak-anak prososial cenderung bertindak sesuai dengan
situasi sosial, relatif bebas dari emosi negatif, dan mengatasi permasalahan
secara konstruktif ( Einseberg, Fabes, & Murphy, 1996). Orang tua yang
mengenali perasaan stres anaknya dan menolong mereka fokus dalam pemecahan akar
masalah yang mendorong empati, perkembangan prososial, dan keterampilan sosial
(Bryant, 1987; Einseberget al., 1996). Ketika orang tua memberikan respon
dengan ketidaksetujuan atau hukuman, emosi seperti marah dan takut dapat
menjadi lebih kuat dan bisa merusak penyesuaian sosial anak-anak (Fabes,
Leonard, Kupanoff, & Martin, 2001). Atau anak-anak juga bisa menjadi suka
menyimpan rahasia dan menjadi cemas tentang perasaan-perasan negatif. Seiring anak-anak mendekati masa remaja dini,
ketidaktoleransian orang tua terhadap emosi negatif dapat mempertinggi
konflik orang tua-anak ( Eisenberg,
Fabes et al., 1999).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar