Laman

Minggu, 09 Juni 2013

Laporan Hasil Observasi Mata Kuliah Psikologi Pendidikan


LAPORAN HASIL OBSERVASI MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
TERKAIT DENGAN E-LEARNING

OLEH :
1.      M.ZAKHRI HARAHAP                      1213011086
2.      SANTHA REBECCA                           1213011106
3.      HARNING KHAIRUNISA                 1213011118
4.      CLAUDIA CINDRY                            12130120
5.      MIRANTI WITRY NOVITA               121301124


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas observasi dan laporan hasil observasi mata kuliah Psikologi Pendidikan terkait dengan system pembelajaran e-learning.
Laporan ini berisikan tentang hasil observasi kami terkait dengan penggunaan system pembelajaran e-learning di sekoah SMA Negeri 1 Medan. Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana penerapan e-learning di sekolah tersebut.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.


LAPORAN HASIL OBSERVASI
Penjelasan Deskripsi Sekolah dan Perangkatnya
A.    Identitas Sekolah
1.      Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Medan
2.      Alamat Sekolah : Jalan Cik Ditiro NO.1 Medan
3.      Uang Sekolah : Rp. 300.000,- / bulan
4.      Konsep e-learning yang digunakan :
·         Syncron,
·         Offline, dan
·         Online(di laboratorium)
5.      Sejak kapan konsep e-learning digunakan : 2009
B.     Uraian Objektif Observasi
1.      Waktu Dilakukan : pukul 11.00 – 12.00 WIB dan 13.00 – 14.00 WIB
2.      Berapa lama : 120menit terbagi atas dua mata pelajaran dan dua kelas
3.      Pembagian dalam mengamati objek :
·         tiga orang sebagai interviewer dan dua orang sebagai interviewe. Interviewer yaitu Santha Rebecca (12-106) , Claudia C (12-120), Harning Khairunnisa (12-118)
·         satu orang bertugas mengamati proses belajar di dalam kelas dan mencatat hasil observasi, yaitu Miranty Witry ( 12-124) 
·         satu orang bertugas mengambil gambar selama pengamatan, yaitu M.Zakhri Harahap (12-086)

C.     Laporan Hasil Observasi 
       I.            Pendahuluan
Perkembangan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi saat ini sudah sangat berkembang pesat di dunia khususnya di Indonesia. Di dalam kehidupan sehari-hari teknologi merupakan alat yang sangat membantu manusia dalam beraktivitas dan membantu meringankan beban pekerjaan manusia. Dalam semua aspek kehidupan, teknologi sangat berperan pentng dalam kelangsungan hidup manusia seperti Mobil pribadi, Telefon selular, Komputer, Internet dan alat-alat lainnya yang dapat menghubungkan antara satu individu dengan individu lainnya.
Di dalam dunia pendidikan, Teknologi, Informasi, dan Komunikasi sudah sangat berkembang. Salah satu perkembangan TIK di dunia pendidikan adalah konsep pembelajaran e-learning. Konsep pembelajaran e-learning adalah pembelajaran berbasis internet dimana mahasiswa dihadapkan dengan metode pembelajaran yang berbasis Teknologi seperti Laptop, komputer, proyektor, internet, dan sebagainya. Oleh karena itu Teknologi, Informasi, dan Komunikasi sangat diperlukan dan harus diterapkan agar siswa kita mampu untuk bersaing dengan perkembangan dunia saat ini.
    II.            Landasan Teori
Teknologi sangat berperan pentng didalam dunia pendidikan dimana teknologi sangat mempengaruhi proses belajar dan dapat mengembangakn pola pikir manusia dalam memahami perkembangan dunia saat ini. Untuk memahami perkembangan teknologi, kita juga harus memahami faktor-faktor pendukung didalamnya khususnya dalam pembelajaran e-learning ini dimana terdapat metode-metode pendukung pembelajaran e-learning sehari-hari. Berikut ini akan terdapat metode-metode pembelajaran e-learning :
·         Motivasi
Motivasi adalah proses memberikan semangat, arah, kegigihan perilaku artinya suatu perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi adalah komponen utama dari prinsip psikologi learned-center . motivasi adalah aspek penting dari pengajaran dan pembelajaran. Murid yang tidak mempunyai motivasi tidak akan berusaha keras untuk belajar, sedangkan murid yang bermotivasi tinggi senang ke sekolah dan menyerap proses belajar.
Didalam setiap diri individu terdapat dua motivasi untuk meraih sesuatu yaitu:
1.      Motivasi Ekstrinsik, adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain dimana motivasi ini sangat dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
2.      Motivasi Intrinsik, adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu hal demi tujuan itu sendiri.
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Ada empat perspektif motivasi, yaitu sebagai berikut:
1.      Perspektif Behavioral dimana menekankan imbalan dan hukuman sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
2.      Perspektif Humanistis dimana menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif.
3.      Perspektif Kognitif dimana menekankan pemikiran murid dalam memandu motivasi mereka.
4.      Perspektif Sosial dimana menekankan pada motivasi dalam menciptakan hubungan sosial dengan orang lain secara aman.
·         Teori Belajar
Dalam dunia pendidikan menggunakan 4 teori belajar yaitu sebagai berikut :
1.     Behavioral yaitu cara belajar dengan mengamati. Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati bukan dengan proses mental.
2.     Kognitif yaitu cara belajar dimana terjadinya  proses mental atau berfikir. Dimana didasarin oleh pemikiran gestakt yaitu semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap hubungan-hubungan terutama hubungan antara sebagian dan keseluruhan. Tingkat kejelasan dan keberartian diri apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran.
3.     Kognitif sosial yaitu proses belajar dimana faktor sosial, kognitif, dan perilaku memainkan peranan penting dalam pemberlajaran. Hal itu didukung oleh teori Bandura yang mengembangkan model determinisem-resiprokal.
4.     Humanistik yaitu proses belajar di mana kita berusaha memahami perilaku seseorang dari sudut pelaku bukan pengamat.
·         Orientasi Belajar
1.      Teacher Center Learning
Teacher Centered Learning atau pengajaran berorientasi pada guru, pembelajaran ini mencakup pembuatan sasaran perilaku, analisis tugas dan mengembangkan taksonomi intruksional. Pengajaran ini berorientasi pada guru yang terstruktur, dimana guru mengatur dan mengontrol, mengharapkan kemajuan murid, memaksimalkan waktu murid untuk tugas-tugas akdemik, dan menekan sikap negative sampai ke tingkat minimum.
2.      Student Center Learning
Intruksi dan perencanaan Student Center Learning adalah pada siswa, bukan guru. Siswa bertugas untuk mengatur dan mengontrol jalannya proses belajar mengajar dan bentuk pembelajarannya adalah diskusi dan presentasi. Guru bertugas sebagai fasilitator.
·         Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar yang efektif didalam kelas.
 III.                               III.    Objek Penelitian
            Objek observasi yang kami fokuskan disini adalah siswa, guru, dan konsep pembelajaran e-learning.

 IV.                                 IV.    Jadwal Pelaksanaan
           Hari                 :  Senin
           Tanggal           : 25 Mey 2013
           Pukul               : 11.00 WIB s/d selesai

    V.                           V.  Pelaksanaan
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Obseravasi di SMAN 1 Medan
No
Waktu
Keterangan
1
10.00 WIB
Semua Anggota Kelompok berkumpul di sekolah SMAN 1 Medan
2
10.30-11.30
Melakukan observasi di kelas XI-2
3
13.00-14.00
Melakukan observasi di kelas XII IA - 3



 VI.                          VI.  Laporan Penelitian
a.       Kelas pertama
·         Mata pelajaran : sosiologi
·         Topik : perilaku menyimpang
·         Kelas : X-12
·         Jumlah murid : 22 orang
·         Teori belajar : Behavioristik dan humanistic
·         Motivasi : intrinsic dan ekstrinsik
·         Orientasi belajar : TCL dan SCL
·         Manajemen kelas : gaya auditorium


Hasil wawancara
Murid 1 / murid berprestasi di kelas
Nama : Dira Fitri – 15 tahun
Pertanyaan 1 : apakah di setiap mata pelajaran menggunakan konsep e-learning?
Jawab : tergantung guru. Ada yang pakai konsep e-learning, ada yang dengan ceramah, biasanya mata pelajaran eksakta.
Pertanyaan 2 : apakah setiap hari menggunakan laptop sebagai alat bantu belajar?
Jawab : hampir selalu, setiap ada tugas menggunakan laptop dan bantuan internet, terkadang digunakan di laboratorium
Pertanyaan 3: bagaimana pemahaman murid apabila menggunakan konsep e-learning?
Jawab : pemahaman nya baik dan efektif
Pertanyaan 4: manakah yang Anda pilih? Metode ceramah atau presentasi?
Jawab : ceramah untuk pelajaran eksak dan presentasi untuk pelajaran sosial
Murid 2 / ketua kelas
Nama : Pradipta – 16 tahun
Pertanyaan 1 : apakah di setiap mata pelajaran menggunakan konsep e-learning?
Jawab : tergantung guru. Ada yang pakai konsep e-learning, ada yang dengan ceramah, biasanya mata pelajaran eksakta.
Pertanyaan 2 : apakah setiap hari menggunakan laptop sebagai alat bantu belajar?
Jawab : hampir selalu, setiap ada tugas menggunakan laptop dan bantuan internet, terkadang digunakan di laboratorium
Pertanyaan 3 : bagaimana pemahaman murid apabila menggunakan konsep e-learning?
Jawab :  gak terlalu nyerap, tergantung mata pelajaran nya
Pertanyaan 4: manakah yang Anda pilih? Metode ceramah atau presentasi?
Jawab : ceramah untuk pelajaran eksak dan presentasi untuk pelajaran sosial

b.      Kelas Kedua
·     Mata pelajaran : Kimia
·         Topik : pembahasan soal-soal menjelang UAS
·         Kelas : XI-IA 3
·         Jumlah murid : 25 orang
·         Teori belajar : Behavioristik dan humanistic
·         Motivasi : intrinsic dan ekstrinsik
·         Orientasi belajar : TCL dan SCL
·         Manajemen kelas : gaya auditorium




Hasil wawancara
Murid 1
Nama : Putri -16 tahun
Pertanyaan 1 : apakah di setiap mata pelajaran menggunakan konsep e-learning?
Jawab :. Tidak, hanya mata pelajaran tertentu
Pertanyaan 2 : apakah setiap hari menggunakan laptop sebagai alat bantu belajar?
Jawab : tidak, biasanya hanya apabila ada tugas
Pertanyaan 3 : bagaimana pemahaman murid apabila menggunakan konsep e-learning?
Jawab : cukup baik untuk mata pelajaran non eksak
 Pertanyaan 4: manakah yang Anda pilih? Metode ceramah atau presentasi?
Jawab : metode ceramah

    VII.   Evaluasi
a.       Sebelum dilakukan observasi, anggota kelompok yaitu Harning (12-118) dan M.Zakhri (12-086) melakukan pengecekan ke lokasi yang dituju untuk melakukan penelitian.  Disana anggota kelompok melakukan pengecekan lokasi dan syarat apa yang harus dipenuhi untuk melakukan observasi dan pihak sekolah mengkonfirmasi bahwa kelompok dapat melakukan observasi di sekolah tersebut.
b.      Kegiatan observasi dilaksanakan pada pagi hari sampai dengan siang hari dimana kelompok memasuki kelas yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah .
c.       Wawancara dilakukan dengan mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada siswa apakah ada yang bersedia untuk diwawancara.
d.      Selama proses observasi berlangsung, anggota kelompok duduk di bangku belakang dan mengikuti jalannya proses belajar-mengajar.
e.       Masing-masing anggota kelompok melakukan tugasnya masing-masing dimana ada yang bertugas sebagai observer, dokumentasi, dan interviewer.
f.       Observasi yang dilakukan berjalan cukup baik dan data-data yang terkumpul dapat memenuhi tuntutan laporan hasil observasi.


D.    Rangkuman Hasil Observasi
1.      Rangkuman Menurut Kelompok
Konsep e-learning cukup efektif digunakan dalam system pembelajaran walaupun tidak semua mata pelajaran. Menurut siswa siswi, menggunakan cara ini merupakan fungsi kebutuhan yang mendukung system pembelajaran yang dapat membantu siswa-siswi dalam memahami pelajaran mereka. Ketika system ini sudah digunakan dalam semua sekolah atau menjadi standarisasi system pendidikan, akan jadi lebih baik aplikasi nya dalam proses belajar mengajar
2.      Rangkuman Menurut Pandangan Pribadi
Konsep e-learning mulai memasuki tahap kebutuhan dalam suatu fasilitas yang penting saat melangsungkan proses pembelajaran. Berdasarkan observasi yang kelompok lakukan, penerapan konsep e-learning di SMAN 1 Medan sudah cukup efektif. Proses belajar mengajar sudah menggunakan proyektor, laptop, dan internet. Pengenalan konsep ini sudah digunakan sejak siswa memasuki kelas 1 SMA. Perangkat yang terdapat didalam kelas juga sudah memenuhi kriteria penerapan e-learning.

E.     Testimoni tentang perencanaan dan proses observasi dari masing-masing anggota kelompok
      M.zakhri harahap12-086 : beberapa sekolah seharusnya sudah menggunakan system ini karena menurut saya cukup efektif untuk membantu proses belajar mereka
santa 12-106 : menggunakan system e-learning ini cukup efektif dan lebih variatif
harning 12-118 : konsep ini cukup baik untuk dijadikan standarisasi proses belajar
Claudia 12-120: konsep e-learning mulai memasuki tahap kebutuhan dalam suatu fasilitas yang penting saat melangsungkan proses pembelajaran
Miranti 12-124 : pembelajaran ini memungkinkan siswa jadi lebih aplikatif dan menumbuhkan rasa percaya diri saat mereka harus berperan menjadi tim penyaji yang menggunakan bahan materi menggunakan konsep e-learnin. Contoh nya presentasi .

Rabu, 29 Mei 2013

Psikologi Remaja, Karakteristik, dan permasalahannya

Masa yang paling indah adalah masa remaja.
Masa yang paling menyedihkan adalah masa remaja.
Masa yang paling ingin dikenang adalah masa remaja.
Masa yang paling ingin dilupakan adalah masa remaja.
Remaja
Remaja
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
  1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
  2. Ketidakstabilan emosi.
  3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
  4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
  5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
  6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
  7. Senang bereksperimentasi.
  8. Senang bereksplorasi.
  9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
  10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.
Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.
Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
  • Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
  • Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
  • Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.
  • Cinta dan Hubungan Heteroseksual
  • Permasalahan Seksual
  • Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
  • Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson (dalam Fagan,2006), menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis pengaruh yang memungkinkan munculnya penggunaan alkohol dan narkoba pada remaja:
Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita. Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering menyebutnya “jatuh cinta”.
Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid & Fei ditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan teman.
Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock, 1991).
Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.
Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.
Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka kini tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi stressor tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra untuk benar-benar mempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya.
REFERENSI :
Choate, L.H. (2007). Counseling Adolescent Girls for Body Image Resilience: Strategi for School Counselors. Profesional School Counseling. Alexandria: Feb 2007. Vol. 10, Iss. 3; pg. 317, 10 pgs. Diakses melalui http://ezproxy.match.edu/menu pada 9 Mei 2008
Fagan, R. (2006). Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other Substance Use Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For Couples and Families. Vol.14. No.4.326-333. Sage Publication diakses melalui http://tfj.sagepub.com/cgi/reprint/14/4/326 pada 18 April 2008
Gunarsa, S. D. (1989). PsikologiPperkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Hurlock, E.B. (1991). Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Mongks, F. J. , Knoers, A. M. P. , & Haditono, S. R. (2000). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muss, R. E. , Olds, S. W. , & Fealdman (2001). Human Developmen. Boston: McGraw-Hill Companies.
Rey, J. (2002). More than Just The Blues: Understanding Serious Teenage Problems. Sydney: Simon & Schuster.
Rini, J.F. (2004). Mencemaskan Penampilan. Diakses dari e-psikologi.com pada tanggal 22 April 2006.
Santrok, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setiono, L.H. (2002). Beberapa Permasalahan Remaja. Diakses dari www.e-psikologi.com pada tanggal 22 April 2006.
Tambunan, R. (2001). Diakses dari www.e-psikologi.com pada tanggal 22 April 2006.
Mitos-mitos Seputar “Gak Bakal Hamil”. Diakses dari www.e-psikologi.com pada tanggal 22 April 2006.